Kritik Seni Rupa

KEGIATAN PEMBELAJARAN I

A. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul kritik karya seni rupa ini dengan baik, siswa diharapkan menguasai kompetensi berikut :

  1. Mengidentifikasi jenis, simbol, fungsi, tokoh dan nilai estetis kritik seni rupa; 
  2. Mengidentifikasi bentuk kritik karya seni rupa dalam bahasa lisan dan tulisan. 

     
    Sumber Gambar : pixabay.com

B. Uraian Materi

Kajian teori dan lahirnya kritik karya seni rupa tidak terlepas dari kegiatan pameran dan apresiasi seni. Melalui kegiatan pameran perupa memperlihatkan hasil olah seni mereka sebagai ajang eksistensi diri dan menyampaikan tujuan-tujuan berkarya seni. Bisa dikatakan bahwa bicaranya perupa adalah melalui karya. Pertanyaannya siapa yang diajak berbicara ?. Mereka adalah para apresiator karya seni rupa. Para apresiator akan berbicara dengan karya yang diapresiasinya. Dari sekian banyak apresiator ini akan lahir beberapa apresiator yang memberikan tanggapan, pertanyaan, analisa, penilaian dan sebagainya. Maka pembicaraan dan catatan apresiator itulah yang disebut dengan kritik seni. Selaras dengan pengertian kritik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa kritik adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu hasil karya. 

$ads={1}

Pada kesempatan ini, kalian membahas kritik karya seni rupa yang dibuat oleh perupa/seniman atau teman kalian. Secara teori, untuk membuat kritik karya seni rupa memerlukan wawasan yang luas dan memahami seluk beluk tentang karya seni rupa. Tentunya agar kritik yang dilakukan tepat dan sesuai dengan kenyataan karya. Sedangkan bentuk dari kritik karya seni rupa dapat berupa kritik secara lisan dan bahasa tulisan.

Untuk mencoba belajar membuat kritik karya seni rupa secara lisan maupun tulisan tidak salah kita melihat dan mengatahui kriteria seorang kritikus seni yang profesional. Kriteria kritikus pada dasarnya tidak mutlak, karena kemampuan membuat kritik karya seni bisa saja diperoleh secara otodidak, hasil pendidikan dan paduan keduanya. Dibawah ini adalah beberapa kriteria kritikus :

  1. Memiliki latar belakang studi seni rupa.
  2. Berpengalaman mengamati dan menghayati seni.
  3. Mengetahui dan memahami istilah-istilah seni.
  4. Mengetahui fakktor teknik artistik dalam berbagai media.
  5. Memahami perbedaan nilai artistik dengan pencapaian artistik.
  6. Mampu melawan bias bagi karya seniman yang dikenal secara pribadi.
  7. Memiliki sensibilitas kritis terhadap ragam seni yang dihadapi.
  8. Propesional dalam memberikan penilaian.

Berkaitan dengan uraian diatas yang memberikan gambaran syarat dan standar menjadi kritikus seni rupa, jika kita telaah kritik seni rupa adalah milik orang-orang tertentu saja. Maka perlu juga direnungkan apa yang diungkapkan oleh kritikus Jim Supangkat berikut, untuk tidak meneruskan masalah berkepanjangan soal ada tidak adanya kritik seni rupa dalam perkembangan seni rupa kita dan juga agar tidak terjebak pada perdebatan yang tak ada gunanya tentang standar kritik seni rupa, saya cenderung mengikuti kepercayaan bahwa semua tulisan yang membahas karya seni rupa adalah kritik seni. Tulisan dimedia masa, dalam bentuk resensi bahkan pemberitaan, apabila menyertakan ulasan karya, adalah kritik seni.

Dari uaraian ini maka seseorang termasuk kalian sebagai peserta didik, boleh saja memberikan kritik seni rupa tanpa dibatasi ketentuan dan aturan diatas, selama itu tetap memberikan ulasan sesuai dengan realitas karya. Dengan demikian kritik karya seni rupa, bisa saja hanya sebagai apresiasi seni yakni kritikus berperan sebatas menikmati, memahami dan menilai sebatas kepentingan dirinya sendiri. Sebagai aktivitas penghakiman yakni memberikan sorotan dan pemberian keputusan nilai karya seni. Sedangkan sebagai kritik seni yakni sebagai alat atau kebutuhan karya seni itu sendiri tanpa harus ada nilai yang harus dimiliki.

Pengertian Kritik Seni.

Walaupun ada beberapa pandangan dan pemahaman perlu dan tidaknya kritik seni, namun kecenderungan adanya kesamaan yang mengisyaratkan bahwa kritik seni rupa tetap diperlukan. Terlepas kritik seni rupa memberikan andil terhadap perkembangan seni rupa atau tidak. Karena dalam hal ini, kritik seni rupa tetap tidak dapat mempengaruhi dan merubah gaya karya seni seseorang.

Istilah kritik berasal dari bahasa Yunani kriticos yang artinya mengamat, membanding, memisahkan dan menimbang. Dalam Encyclopedia of World Art disebutkan bahwa kritik seni adalah proses yang mengarah kepada penghakiman kualitatif atas karya seni dan hasil dari pada proses itu. Kritik seni adalah aktivitas pengkajian yang serius terhadap karya seni ( Sem C. Bangun ). Dari beberapa contoh definisi yang dikemukakan, kiranya kalian dapat memahami salah satu atau memadukan satu sama lain yang dapat memberikan suatu kesimpulan yang mudah dipahami serta sesuai dengan kapasitas pemahaman kalian. Dengan catatan jika memiliki keinginan lebih berperan dalam membuat atau menulis kritik seni maka harus berupaya menambah wawasan seni secara berkesinambunga.

Simbol

Menurut Budiono (2005) simbol itu berasal dari kata symbolos (Bahasa Yunani) yang memiliki arti tanda yang menjelaskan suatu hal kepada seseorang. Simbol yang dimaksud disini adalah makna yang terdapat pada karya seni rupa dua dimensi maupun tiga dimensi. Simbol dapat terlihat dan melekat pada bentuk objeknya atau dari unsur-unsur yang membentuknya. Simbol pada objeknya adalah bentuk dari objek yang dijadikan suatu tema. Contoh ada seseorang yang berjasa membela daerah tertentu, maka sosok orang tersebut dibuatkan patungnya. Patung seseorang tersebut memiliki simbol pahlawan, kekuatan, keberanian, dan perjuangan. Simbol yang terdapat pada unsurnya yaitu makna dari setiap unsur yang divisualisasikan. Contoh simbol dari patung tadi diwujudkan orang yang berbadan tegap, membawa bendera berkibar, baju yang dipakai dan atribut yang melekat, maka memberikan simbol semangat, wibawa dan keindahan. Contoh lain untuk melambangkan duka cita, beberapa masyarakat ada yang menggunakan unsur berupa warna hitam. Namun ada juga masyarakat yang menggunakan kuning, lalu ada juga masyarakat yang menggunakan putih. Dengan demikian, setiap masyarakat di daerah tertentu bisa saja menciptakan makna dengan simbol tertentu yang berbeda dari daerah lainnya.

Bentuk Kritik Seni Rupa

  1. Kritik secara lisan yaitu kritik yang disampaikan secara lisan melalui diskusi atau seminar seni.
  2. Kritik karya seni secara tetulis yaitu pengkajian yang dasampaikan melalui bentuk tulisan, pada media massa, majalah dan lainnya.

Jenis Kritik Seni

Salah satu tokoh kritikus Amerika Feldman, dalam bukunya Art As Image and Idea (1967), membagi jenis kritik menjadi empat, yaitu : Kritik populer (popular criticism), Kritik jurnalistic (journalism criticism) adan Kritik keilmuan (scholarly criticism)

  1. Kritik Jurnalistik.

    Kritik jurnalistik adalah jenis kritik yang dilakukan oleh para penulis yang dimuat pada media masa yang memuat pemberitaan/ulasan ringkas dan jelas mengenai pameran atau peristiwa dalam dunia kesenian.

    Ciri-ciri kritik jurnalistik :

    • Bersipat pemberitaan.
    • Berupa ulasan sekilas.
    • Ditulis untuk para pembaca surat kabar.
    • Tidak banyak menyita kolom pemberitaan.
    • Waktu penulisan terbatas.
    • Terkadang terburu mengambil keputusan.

  2. Kritik Pedagogik.

    Pengertian secara kamus pedagogik adalah suatu yang bersifat mendidik. Kritik pedagogik banyak dilakukan dalam kegiatan proses belajar mengajar di lembaga pendidikan kesenian yang dikembangkan oleh guru atau dosen kesenian. Kritik pedagogik adalah suatu bentuk kritik yang dilakukan guru atau dosen agar tercipta suatu opini dan timbulnya kegiatan memperbincangkan atau diskusi antara dosen atau guru dengan peserta didik atau antar peserta didik. Ciri-ciri kritik pedagogik :

    • Adanya acuan standar nilai yang dipergunakan.
    • Dilakukan dilingkungan lembaga pendidikan
    • Bersipat memberikan pendidikan.
    • Memberikan keleluasaan berdiskusi.
    • Bersipat responsif.

  3. Kritik Ilmiah.

    Jenis kritik ilmiah terjemahan dari “scholarly criticism” yang berkembang di universitas atau akademi seni. Kritik Ilmiah adalah kritik yang dilakukan dengan metodologi penelitian ilmiah yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan estetik.

    Hasil dari jenis kritik seni secara ilmiah ini dapat mengangkat tokoh baru dan atau sebaliknya, serta dapat memunculkan suatu periode seni rupa. Kritik ilmiah dapat memperkokoh tokoh jika memang tokoh tersebut memiliki kemampuan dan melakukan inovasi kreatif artistik. Jika sebaliknya kritik ilmiah dapat membatalkan ketokohan seniman yang terlanjur populer dimasyarakat.

    Ciri-ciri kritik ilmiah :

    • Memakai metodologi.
    • Bersifat ilmiah/hasil penelitian.
    • Berkembang di universitas.
    • Dikembangkan oleh peneliti.
    • Netral dan adil dalam kebenaran.
    • Hasilnya tidak bersifat mutlak.

  4. Kritik Populer

    Kritik populer adalah jenis kritik yang dibuat oleh penulis yang tidak menuntut keahlian kritis. Dalam hal ini penulis kurang mempertimbangkan apakah penilaian yang mereka buat tepat atau tidak. Namun dalam batas-batas tertentu mungkin saja kritik populer sama baiknya dengan kritik para ahli.

    Ciri-ciri kritik populer :

    • Dapat dibuat oleh penulis umum.
    • Bersipat pop.
    • Melihat realitas yang berkembang dimasyarakat.
    • Lebih mudah dicerna.
    • Bahasa yang dipakai cenderung sederhana

Fungsi dan Tujuan Kritik Seni

Pada hakekatnya manusia tidak menjalani kehidupan ini dengan kekosongan, sadar atau tidak manusia akan membentuk seperangkat nilai-niali yang dijadikan sasaran tertentu untuk mencapai kehidupannya. Demikian pula dalam kritik seni tidak lepas dari sistem nilai-nilai yang ingin diungkapkan oleh pembuatnya. Maka fungsi kritik seni rupa merupakan nilai guna yang dimiliki oleh kritik karya seni rupa yang ditujukan kepada seniman atau masyarakt pada umumnya. Sedangkan tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai oleh ktikus. Di bawah ini adalah beberapa fungsi dan tujuan dalam membuat kritik karya seni rupa :

  1. Menilai dan memperoleh kepuasan dalam memperbincangkan karya seni rupa.
  2. Sebagai aktivitas evaluasi pada pernyataan nilai baik-buruk dalam kontek karya yang sejenis.
  3. Upaya pemahaman dan penikmatan karya seni.
  4. Sebagai apresiasi atau menghargai.

Nilai Estetis atau nilai keindahan.

Catatan khusus untuk kalimat nilai estetika. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia estetika ialah suatu cabang filsafat yang membahas tentang seni, nilai keindahan dan tanggapan manusia terhadapnya. Nilai estetika dalam sebuah karya adalah nilai-nilai unsur dan prinsip seni rupa yang padu, melekat yang dicerap seseorang. Estetika ialah suatu keadaan yang berhubungan dengan sensasi keindahan yang baru bisa dirasakan seseorang jika terjalin perpaduan yang harmonis antar elemen yang ada dalam suatu objek.

Nilai Estetis

Hal yang paling unik dalam dunia seni adalah nilai estetis karya seni rupa. Mengapa unik, karena nilai estetis terbentuk dari pengalaman seseorang mencerap nilai pada suatu karya seni rupa. Pengalaman inderawi seseorang yang tidak dapat ditularkan ini, berkembang dalam diri setiap orang. Contoh ada seseorang tertarik atau menyenangi lukisan A, yang lainnya menyukai lukisan B, C, D dan sebagainya, nah jika ditanya alasannya mengapa masing-masing berbeda, mereka akan bingung menjawabnya, mengapa dia suka yang A, B, C. Maka itulah nilai estetis.

Untuk membantu kalian memahami nilai estetis atau keindahan sebuah karya seni rupa, maka bisa saja memanfaatkan teori yang telah kalian pelajari yaitu tentang komposisi yang baik, perpaduan warna yang sesuai, penempatan objek yang membentuk kesatuan dan keselarasan dalam menata unsur-unsur visual. Lebih jauh lagi untuk kritikus dapat memanfaatkan pendekatan unsur-unsur seni, seniman, masyarakat, kajian mimetik (sejauh mana karya berhubungan dengan kenyataan), Ekspresif (sejauh mana karya mengungkapkan isi hati penciptanya), struktural (sejauh mana karya merupakan suatu kesatuan dengan strukturnya sendiri) dan semiotik (bagaimana karya ditafsirkan oleh para pengamat dan masyarakat).

Tokoh

Pada bahasan ini kalian akan diperkenalkan dengan beberapa tokoh kritikus seni rupa Indonesia. Disebut tokoh karena yang bersangkutan aktif membuat tulisan--tulisan tengtang seni rupa yang dipublikasikan kepada masyarakat umum melalui majalah, koran atau buku.

 
Gambar Sudarmaji

  1. Sudarmaji

    Kritikus Seni Rupa Sudarmaji menempuh pendidikan di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogyakarta (1956) dan Jurusan Seni Rupa IKIP Negeri Yogyakarta (1968). Selain kritikus Sudarmaji juga pelukis, pendidik dan pernah menjabat sebagai kepala Museum Seni Rupa dan Keramik Pemda DKI Jakarta dan Ketua Dewan Kesenian Jakarta (1985-1990). Artikel seni rupa pertama yang ia buat adalah mengenai Pameran Seni Lukis Wanita di Yogyakarta pada Tahun 1957 yang di muat pada Mimbar Indonesia. Sejak lulus dari IKIP tahun 1968, tulisan kritik seni rupanya banyak dijumpai di Koran-koran nasional seperti Kompas, Suara Pembaruan, Suara Karya, Merdeka, Bisnis Indonesia, Kedaulatan Rakyat dan majalah.

     
    Gambar Popo Iskandar

  2. Popo Iskandar

    Popo Iskandar lahir di Garut, Jawa Barat. Popo selain kritikus seni rupa juga seorang pelukis yang sudah melakukan beberapa kali pameran di luar negeri. Mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB) 1953. Dia pernah mengajar di IKIP Bandung Jurusan Seni Rupa dan pernah mendapat bimbingan dari dua orang guru, yakni Hendra Gunawan dan Barli Samitawinata. Karya lukisan Popo banyak dipengaruhi oleh juga oleh Ries Mulder asal Belanda. Kekuatan gaya melukis ekspresif dituangkan melalui ekspresi figuratifnya yang telah menjadi panutan bagi generasi pelukis setelahnya. Popo gemar melukis kucing, dia bahkan mendapat julukan sebagai "pelukis kucing". Selain sebagai pelukis dan pendidik seni rupa, Popo Iskandar juga terkenal sebagai pemikir dan kritikus seni. Dia suka menulis esai-esai tentang seni rupa dan kebudayaan di berbagai media massa.

C. Rangkuman

Istilah kritik berasal dari bahasa Yunani yaitu kriticos yang artinya mengamat, membanding, memisahkan dan menimbang. Dalam Encyclopedia of World Art disebutkan, kritik seni adalah proses yang mengarah kepada penghakiman kualitatif atas karya seni dan hasil dari pada proses itu. Menurut Jim Supangkat (Kritikus Indonesia) bahwa semua tulisan yang membahas karya seni rupa adalah kritik seni. Tulisan dimedia masa, dalam bentuk resensi bahkan pemberitaan, apabila menyertakan ulasan karya, adalah kritik seni.

Bentuk Kritik Seni Rupa dapat berupa kritik secara lisan dan tulisan. Kritik secara lisan yaitu kritik yang disampaikan secara lisan melalui diskusi atau seminar, sedangkan dan kritik secara tertulis yakni pengkajian yang diberikan/disampaikan melalui bentuk tulisan pada media massa.

Fungsi atau tujuan kritik seni antara lain : menilai dan memperoleh kepuasan dalam memperbincangkan karya seni rupa, sebagai aktivitas evaluasi pada pernyataan nilai baik-buruk dalam kontek karya yang sejenis, upaya pemahaman dan penikmatan karya seni dan sebagai apresiasi.

Pengelompokkan kritik karya seni rupa menurut Felman terdiri dari empat jenis, 1. Kritik jurnalistik, 2. Kritik pedagogik, 3. Kritik ilmiah, 4. Kritik populer. Berkembang dan dikenalnya pelukis tidak terlepas dari peran kritikus yang turut menyebarkan informasi keberadaan lukisannya, demikian juga keberadaan kritikus dikenal karena ada aktivitas para pelukis.

Apa Komentarmu?

Komentar yang dirasa merugikan situs ini akan dihapus. Terima kasih telah berkunjung

Lebih baru Lebih lama